Jurnal Refleksi PSE
JURNAL REFLEKSI
SEMINAR PPG
Oleh : Nafisah Falcata Devy
221135332
Nama
Matakuliah |
Pembelajaran Sosial Emosional |
Review pengalaman belajar. |
Topik 1 : Kompetensi Sosial Emosional berdasar Kerangka
Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) Pada topik ini, saya mempelajari tentang bagaimana
menerapkan konsep kompetensi sosial emosional menurut CASEL pada diri sendiri
dan pada peserta didik. Selain itu saya juga mempelajari tentang bagaimana
memetakan kompetensi sosial emosional peserta didik dengan mempertimbangkan
latar belakang, kebutuhan dan tahap perkembangan peserta didik. Pengalaman awal dimulai dengan memehami definisi dari
Sosial-Emosinal. Pembelajaran emosioanal adalah proses untuk membantu
individu (anak dan dewasa) mengembangkan kemampuan dasar untuk hidup dengan
baik. Individu tidak hanya fokus pada diri sendiri ataupun hanya pada
keterampilan, kompetensi, tetapi juga pada relasi yang baik dengan orang lain
dan lingkungan. Elias, dkk (1997,
2006) mendefinisikan bahwa proses belajar sosial-emosional (Social-emotional
Learning) adalah proses belajar mengenali dan mengelola emosi, menyelesaikan
masalah, mengembangkan relasi sosial yang baik, dapat berempati, membuat
keputusan yang tepat, dan bertanggung jawab. Pembelajaran sosial-emosional,
merupakan pengembangan dari teori-teori kecerdasan emosi dari Goleman.
Goleman dan multiple intelligence (kecerdasan majemuk) dari Gardner. CASEL mengelompokkkan
pembelajaran sosial-emosional menjadi 5 komponen, yaitu : Self Awareness,
Self Management, Responsible Decision Making, Social Awareness dan
Relationship Skill. Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang
dilakukan secara kolaboratif pada komunitas sekolah dan dapat diajarkan
secara rutin atau terintegrasi dalam mata pelajaran tertentu. Kaitan kelima
dimensi ini dengan lingkungan sekolah dan masyarakat dapat dilihat pada gambar
berikut. = Topik 2 : Peran Guru sebagai
Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial Emosional (CASEL) Pada topik ini saya mempelajari tentang alasan guru
memerlukan pembelajaran sosial emosional. Terdapat tiga hal yang perlu
diingat oleh guru : Kepedulian sebagai dasar pembelajaran, emosi mempengaruhi
suasana belajar dan bagaimana pembelajaran dapat diterima peserta didik, tujuan yang mau dicapai dan
pemecahan masalah mengarahkan individu (guru atau peserta didik) dan juga
memberikan motivasi/energi untuk melakukan pembelajaran. Saya
mempelajari tentang EMC2 ((Empathy, Compassion, Mindfulness,
Critical Inquiry) dalam pembelajaran Sosial-Emosional. Keempat kompetensi
tersebut perlu diasah oleh seorang guru agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik. Empathy merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki dalam
memahami peserta didik secara mendalam baik dalam situasi pribadi maupun
sosial serta peduli dan perhatian terhadap emosi yang dimiliki oleh peserta
didik yang ditunjukkan melalui perilaku mereka. Compassion merupakan cara
dimana seorang individu dapat membatasi perasaannya terhadap orang lain
sehingga dapat mengurangi personal distress akibat respon yang berlebihan
terhadap perasaan orang lain. Mindfullness merupakan kemampuan individu untuk sadar akan
pengalaman yang dimiliki sehingga mau menerima situasi apa pun tanpa
menghakimi diri sendiri. Critical inquiry sebagai kemampuan individu dalam
memperoleh sebuah informasi melalui pengamatan, pengalaman, pemikiran,
penalaran, dan penilaian diri sendiri kemudian dianalisis untuk dipahami. Topik 3 : Experiential Learning Saya mempelajari apa itu experiential learning. Saya
mendapatkan pengalaman belajar bahwa experiential learning merupakan
pembelajaran yang melibatkan dua cara mendapatkan pengetahuan, yaitu Concrete
experience dan abstract conceptualization. SEL juga melibatkan dua cara
transformasi pengetahuan yaitu Reflective observation (observasi reflektif)
dan active experimentation (Eksperimentasi aktif), dimana individu melakukan
observasi dan bisa menjelaskan peristiwa yang terjadi disertai pemahaman, dan
kemudian aktif mempraktikkan. Experiential learning adalah proses yang melibatkan
konstruksi pengetahuan dimana guru sebagai agen harus kreatif dan juga harus
bisa mendorong kreativitas peserta didik. Guru juga harus bisa memberikan
materi sesuai dengan tuntutan zaman. Guru adalah FASILITATOR. Proses
pembelajaran ini melibatkan siklus dasar yaitu mengalami (experiencing),
refleksi diri (reflecting), berpikir (thinking), melakukan (acting).
Pengalaman konkret adalah dasar observasi dan refleksi diri. |
Refleksi
pengalaman belajar yang dipilih |
Pengalaman belajar yang saya pilih adalah Topik 3.
Experiential Learning. Topik ini saya rasa penting untuk dipelajari karena
guru harus mampi menjadi teladan bagi peserta didik dalam hal mengembangkan
pengetahuan, salah satunya menggunakan pendekatan experiential learning. Untuk memperoleh kemampuan dalam memahami experiential
learning ini, saya mengikuti perkuliahan pembelajaran sosial emosional yang
dilaksanakna dalam program PPG prajabatan. Proses belajar dimulai dengan
memahami pengertian experiential learning pada eksplorasi konsep. Saya harus
memahami proses experiential learning yang dimulai dari concrete experience,
dilanjutkna dengan reflective observation, kemudian abstract
conceptualization dan active experimentation. Kegiatan pembelajarn dilanjutkan dengan membuat sebuah
kelompok diskusi di dalam kelas, guna memahami tentang experiential learning
dan prosesnya. Kelas dibagi menjadi kelompok yang akan mempresentasikan
pengertian setiap proses dan memberikan contoh aktivitas yang dilakukan guru
dan peserta didik. Setiap proses diberikan masing masing pengertian dan
aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran. Dimulai dari proses concrete,
mahasiswa memberikan contoh bagaimana proses concrete yang dilakukan dalam
pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas peserta didiknya seperti apa.
Begitu juga pada proses reflective observation. Mahasiswa memberikan contoh
bentuk dari refleksi setelah diberikan pengalaman nyata. Abstract
conceptualization mengajak mahasiswa untuk menguatkan konsep dari pengalaman
nyata dan refleksi pada proses sebelumnya. Proses terakhir yaitu active
experimentation melakukan experiment atau mengaplikasikan pengetahuan dari
proses sebelumnya. Dari pengertian pengertian tersebut, kemudian pada
pertemuan selanjutnya mahasiswa melakukan proses pembuatan langkah
pembelajaran untuk mempraktikkan exeperiential learning bersama kelompok yang
telah dibagi. Mahsiswa mengintegrasikan pembelajran Experiential Learning
pada RPP yang pernah dibuat dan membuat penilaian yang dapat dilaksanakan
dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini mahasiswa harus mampu menerapkan
komponen SEL dalam langkah pembelajaran yang dibuat. Strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari topik
ini saya rasa penting bagi saya karena saya dapat belajar untuk berkolaborasi
dengan mahasiswa dan saling bertuka pikiran untuk merancang langkah
pembelajaran. Selain itu, saya rasa penting bagi saya karena dapat membuat
pembelajaran lebih efisien dan efektif. |
Analisis
artefak pembelajaran |
Berikut
hasil kolaborasi dengan kelompok dalam memahami konsep experiential learning https://www.canva.com/design/DAFlIBQljec/00pxXpc6mftdxE63R5HPFA/edit?utm_content=DAFlIBQljec&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton Selanjutnya
untuk hasil diskusi kelompok dalam meyusun langkah pembelajaran yang
mengintegrasikan Experiential Learning saya lampirkan dalam link berikut |
Pembelajaran
bermakna (good practices) |
Makna yang diperoleh dari pengalaman belajar mata kuliah
pembelajaran sosial emosional yaitu bagaimana seoran guru harus dapat
mempersiapkan segala pengetahuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Guru harus memiliki pengetahuan sehingga pendekatan pembelajaran yang
digunakan tidak monoton pada satu cara. Melalui perkuliahan ini, sebagai
calon guru, saya mendapatkan pengetahuan tentang pendekatan baru yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran yaitu pendekatan experiential learning. Mata kuliah ini terutama topik 3 ini, memberikan makna
bahwa guru harus memiliki kompetensi sosial emosional sebelum akhirnya
mengajarkan peserta didik tentang pembelajaran sosial emosional. Mengajarkan
menjadi guru independent. Saya juga belajar supaya mampu menjadi teladan bagi
peserta didik dalam mengembang pengetahuan untuk semakin memahami kompetensi
sosial emosional diri sendiri dan peserta didik. Saya akan menggunakan apa yang sudah saya pelajari untuk
memperbaiki diri saya dengan belajar mengintegrasikan proses SEL pada
pembelajaran seperti dalam materi mengukur suhu, saya dapat menerapkan
concrete learning dengan mengajak peserta didik untuk memegang benda benda di
dalam dan diluar kelas kemudian diukur suhunya menggunakan telapak tangan. Benda
benda yang dipegang oleh peserta didik bermacam macam seperti meja, helm,
pagar, kursi, motor, pensil, buku, botol dan benda lainnya yang masih aman.
Proses tersebut tentu dalam pengawasan guru. Hal itu termasuk dalam
pendekatan concrete experience yang saya terapkan di praktek pembelajaran. Peseerta
didik kemudian menuliskan benda benda tersebut ke dalam sebuah LKPD dan
membedakan suhunya. Misalnya pagar yang terus terkena sinar matahari tentu
saat dipegang suhunya akan panas maka peserta didik menuliskan pada suhu
panas/hangat. Lalu jika peserta didik memgang benda di ruangan, maka mereka
akan mendapati beberapa benda yang bersuhu dingin seperti botol, pensil,
buku. Pengalaman memegang benda dan mencari benda yang berbeda suhu inilan
pengaman concreate experience yang didapatkan peserta didik. Perubahan yang
terjadi terhadap peserta didik yaitu kemampuan peserta didik dalam membedakan
suhu benda di sekitar. Selanjutnya melalui reflective observation, saya
memperbaiki diri saya dengan menerapkannya melalui pembelajaran, seperti
menanyakan kepada peserta didik, apakah yang dirasakan setelah memegang benda
yang berbeda suhu, apakah benda yang berada di dalam ruangan dengan benda di
bawah terik matahari memiliki suhu yang sama. Apakah peserta didik telah dapat
mengukur suhu hanya dengan telapak tangan. Begitulan proses memperbaiki diri
melalui pembelajaran dengan mengajarkan refleksi kepada peserta didik. Dan
perubahan yang terjadi berupa kemampuan dalam mengolah perasaan dan
mengungkapkan apa yang dirasakannya. Proses abstract conceptualization saya laksanakan untuk
menguatkan konsep kepada peserta didik terutama tentang proses concrete yang
telah dilaksanakan. Kegiatan ini akan memberikan perubahan kepada peserta
didik yaitu memiliki pengetahuan baru dan menambah pengetahuan tentang
mengukur suhu dengan satuan tak baku melalui benda benda di sekitar mereka. Pada
kegiatan ini, setelah peserta didik menuliskan pada sebuah lembar LKPD, guru
mengecek jawaban peserta didik dan meminta peserta didik menjelaskan serta
menunjukkan letak benda yang dituliskannya. Dari presentasi yang dilakukan
peserta didik, guru dapat mengecek kevalidan dari jawaban yang dituliskan
pada kolom. Konsep yang dibangun dalam kegiatan ini yaitu bahwa proses
pengukuran suhu yang paling dasar yaitu dengan menggunakan satuan tidak baku,
salah satu contohnya dengan meraba menggunakan telapak tangan. Kita dapat
membedakan suhu hanya denagn meraba. Kita juga perlu mengukur suhu dengan
satuan yang baku untuk mendapatkan hasil suhu yang lebih akurat dan valid
seperti jika kita hendak mengukur suhu badan saat sakit, selain merabanya,
untuk menapatkan berapa suhu badan kita, kita dapat menggunakan thermometer. Active experimentation merupakan proses aplikasi
pengetahuan yang telah didapatkan dari abstract conceptualization. Dari
pehamanan yang sudah saya pelajari, saya akan memberikan kegiatan
pembelajaran yang mengarah pada proses aplikasi pengetahuan yaitu mengajak
peserta didik untuk menentukan apa yang akan dilakukan jika sudah dapat
mengukur suhu. Saya memberikan penugasan untuk melakukan kegitan pengurutan
suhu dari benda benda yang ada di rumah. Perubahan yang terjadi pada peserta
didik tentunya akan dapat memilah benda berdasarkan suhunya. Peserta didik
dapat mengelompokkan benda berdasarkan suhunya. |
Komentar
Posting Komentar