Jurnal Refleksi Filosofi Pendidikan

 

JURNAL REFLEKSI

SEMINAR PPG

 

Oleh : Nafisah Falcata Devy

221135332

 

Nama Matakuliah

Filosofi Pendidikan

Review pengalaman belajar.

Dalam mata kuliah filosofi pendidikan mahasiswa diajak untuk dapat menumbuhkan imperative edukatif-moral di dalam diri sendiri, komunitas para guru dan para peserta didik. Dalam mata kuliah ini mengajarkan bahwa hidup dan bertumbuh di bumi Indonesia adalah berkat dan karunia yang mewarisi kekayaan berlimpah budaya dan nilai-nilai religious-kemanusiaan yang ditanamkan dalam sanubari melalui pendidikan di dalam keluarga, masyarakat adat dan budaya setempat.

Dari filosofi pendidikan kita harus dapat menumbuhkan keyakinan bahwa menjadi guru adalah panggilan, tugas dan pilihan hidup yang bernilai. Belajar dari tokoh pendidikan nasional memiliki makna ganda, yakni menyerap pengetahuan dan ide-ide tentang pendidikan dan mengorbankan semangat kerelaan dan kemurahan hati untuk mendampingi proses tumbuh kembang secara integral para generasi penerus bangsa. Mata kuliah ini juga mengajarkan bahwa menjadi guru adalah pewaris semangat dan jiwa gotong royong untuk saling belajar, berkarya dan berjuang demi kemajuan bangsa lewat dunia pendidikan.

Mata kuliah ini menguatkan visi diri mahasiswa tentang “Pendidikan ini menuntun segala kodrat yang ada pada anak anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dean kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat. Kita perlu memahami tentang manusia Indonesia melalui pemahaman dan pemaknaan yang mendalam tentang Pancasila sebagai identitas dan entitas manusia Indonesia.

Dalam mempelajari mata kuliah ini, materi dibagi menjadi beberapa topik

Topik 1 (Perjalanan Pendidikan Nasional)

Pada topik 1 saya memulai dengan menjawab pertanyaan reflektif pengalaman saat sekolah dengan pengalaman sebagai berikut. Saya adalah seolah calon guru yang sedang berjuang menjadi guru profesioal dengan mengikuti program pendidikan guru di universitas sanata dharma. Saya pernah bersekolah di PGSD menimba ilmu pendidikan kemudian saya memperkuat dengan mengikuti PPG.

Saya memilih menjadi guru karena saya senang ketika saya bisa terjun turut membantu menyalurkan ilmu yang saya miliki dan memberikan manfaat kepada orang lain. Seorang guru adalah pekerjaan yang mulia kita dapat memberikan ilmu yang kelak terus menerus akan berguna bagi peserta didik. Selain itu seperti pesan ki hajar dewantara kita harus mampu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak agar menjadi manusia ataupun anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya. Bukankah sangat mulia jika kita sebagai guru mampi andil di dalamnya dalam menuntun anak anak. Maka itulah yang semakin menjadikn saya termotivasi menjadi seorang guru.

Menjadi guru yang berpihak pada peserta didik yaitu dengan menarik perhatian para peserta didik. Selain itu juga harus mampu membuat peserta didik nyaman dan paham dengan yang disampaikan oleh guru. Menjadi guru yang berpihak pada peserta didik harus mampu memberikan motivasi kepada peserta didik. Memberikan peluang dan kesempatan untuk peserta didik dapat aktif dan nyaman dalam mengungkapkan pendapat.

Selanjutnya kita mempelajari bagaimana pendidikan di jaman colonial. Pada materi ini kita belajar mengenai pada zaman Belanda sama sekali tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan melainkan mementingkan pendidikan materialis, intelektualis dan kolonial. Pada jaman dulu sudah ada perguruan perguruan leluhur dengan peraturan peraturan yang berdiferensiasi. terbukti para wanita diperbolehkan mengikuti pelajaran di parawiyatan parawiyatan luhur.

Pada Zaman OIC Bangsa Belanda menganggap tanah air kita semata mata sebagai objek perdagangan. Pendidikan dan pengajaran hanya diserahkan kepada pendeta kristen. Rakyat hanya diberi pengajaran menulis, membaca dan berhitung seperlunya saja dimana ini bertujuan hanya untuk membantu usaha Belanda. Kemudian pada zaman pemerintahan Netherland HB menegaskan bahwa anak anak eropa harus mendapatkan pengajaran. Beberapa bupati mendirikan sekolah kabupaten untuk mendidik calon pegawai. Kemudian lahir, Reglement Voor Het Inlands Onderwijs, lalu didirikan sekolah guru di Sala, Kemudian didirikan Sekolah Bumiputera. Maksud dan tujuan pendiidkan masih sama yaitu untuk membantu usaha-usaha Belanda.

Kemudian yang terkahir yaitu mempelajari bangkitnya jiwa merdeka rakyat Indonesia dimulai dari Tahun 1922 tercipta Tamansiswa dan sekolah sekolah yang berdasarkan "keagamaan". Sebenarnya aliran Tamansiswa itu sebenarnya sudah terkandung dalam jiwa rakyat di seluruh tanah air kita, adalah terbukti dengan berdirinya perguruanperguruan Tamansiswa di seluruh kepulauan Indonesia. Dan sekolah sekolah keagamaan yang berdiri berani berdiri sebagai sekolah partikelir yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah Hindia Belanda, di samping dasar-dasar keagamaannya masing-masing, memasukan juga dasar dan semangat revolusioner.

 

Topik 2 (Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara)

Pada topik 2 ini yang mempelajari pendidikan dan pengajaran menurut KI Hajar Dewantara. Pengjaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimilik anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi dalam hal ini kita mengetahui bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup berbudaya dalam arti yang seluas luasnya. Tujuan pendidikan yaitu : menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Pada topik ini juga dijelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Dalam proses pembelajarannya, kami dibagi dalam beberapa kelompok kemudian berdiskusi dan melakukan presentasi kelompok dengan materi yang berkaitan dengan pendidikan dan budaya di daerah setempat.

 

Topik 3 (Identitas Manusia Indonesia)

Paada topik ini pengalaman yang saya dapatkan yaitu dalam mempelajari identitas bangsa Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia, keragaman merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia. Pertama, keragaman Indonesia merupakan anugerah alamiah (tanpa dirancang) yang sudah ada sejak sebelum terbentuknya negara Indonesia. Dalam arti ini keragaman merupakan kekayaan masyarakat Indonesia. Kedua, masyarakat Indonesia beragam dalam hal pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, bahasa, kepercayaan, tradisi, dan berbagai ungkapan simbolik. Semuanya itu memuat nilai-nilai yang menjiwai dinamika hidup bersama dengan corak yang berbeda-beda. Karenanya, di dalam nilai keragaman terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang amat kaya dan layak untuk terus digali dan dilestarikan.  Dengan kata lain, keragaman merupakan nilai kemanusiaan Indonesia yang menjadi identitas bangsa dan budaya Indonesia.

Untuk mempertegas identitas manusia Indonesia, maka diperlukan fondasi filosofis. Fondasi filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa, dan nilai-nilai hidup berbangsa. Selain itu saya juga mempelajari bahwa manusia sebagai manusia religious. Religiusitas merupakan salah satu aspek insani berupa getar hati dan kualitas manusia yang mendorong bertumbuhnya sikap atau kecenderungan hidup yang bernilai. Religiusitas merupakan hal yang mendasar atau esensial dalam hidup manusia. Dalam pengertian lain, religiusitas merupakan daya-daya insani yang bersifat batiniah yang ada di dalam kedalaman hati. Religiositas merupakan “ibu dari cinta kepada kebenaran, kesukaan pada gejala yang wajar, sederhana, jujur dan sejati”. Religiositas merupakan inti dan daya agama.

Pada topik ini secara berkelompok kami diminta melakukan diskusi untuk menjawab beberapa pertanyaan pada ruang kolaborasi tentang identitas manusia Indonesia dan bagaimana identitas manusia Indonesia menjadi sebuah landasan kuat implementasi pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini kami menjelaskan bahwa Pendidikan berperan penting untuk membangun paradigma berpikir, bersikap, dan beperilaku sebagai bangsa Indonesia sesuai dengan identitas negaranya. Pendidikan tidak cukup hanya membantu untuk memahami keragaman. Pendidikan adalah proses untuk melestarikan keragaman, menemukan nilai-nilai yang menyatukan keragaman, dan melawan segala bentuk yang merongrong kesatuan. Karenanya, pendidikan mesti menjadi pedoman hidup bersama yang saling peduli, mengasihi, menghargai dan bukan saling mengalahkan.

Pada koneksi antar materi kami berdiskusi secara kelompok tentang pendidikan pada daerah khusus. Dengan menghubungkan pada topik 1 dan 2 kami membuat ulasan tentang pendidikan di daerah khusus dan menjelaskan kaitannya dengan topik 1 dan 2. Berdasarkan pengalaman, kami menjelaskan adanya kekurangan dan permasalahan pada pendidikan di daerah khusus terutama di daerah daerah kaki gunung. Kualitas pendidikan yang masih sangat jauh berbeda menjadikan peserta didik juga memiliki semangat belajar yang tidak tinggi. Hasil dari diskusi ini kemudian kami ulas pada power point dan dipresentasikan.

 

Topik 4 (Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia)

 Pancasila menjadi entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam kebhinekaan dalam setiap latar belakang kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan agama. Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia; Berkebinekaan Global; Gotong Royong; Kreatif; Bernalar Kritis dan Mandiri menjadi profil lulusan pelajar dalam pendidikan Indonesia. Pada topik ini, saya secara mendalam merefleksikan hadirnya Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia.  Salah satu karakter Bangsa Indonesia adalah kebhinekaan dalam suku, ras agama dan budaya. Keragaman inilah yang membentuk identitas Bangsa Indonesia.

Pada topik ini dilakukan kegiatan diskusi kelompok tentang kontekstualisasi Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia merupakan pengingat bangsa akan keberagaman yang ada di Indonesia sekaligus sebagai pedoman Bangsa Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai salah satu pilar kebangsaan menjadi entitas dan identitas bangsa Indoenesia. Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki etnis dan budaya beragam, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sangat sesuai untuk meggambarkan banyaknya keberagaman tersebut yang disatukan dalam kebhinekaan. Memaknai nilai-nilai pancasila, meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kemasyarakatan dan sebuah keadilan adalah sesuatu yang perlu diterapkan sejak dalam keluarga dan berlanjut pada lingkungan sekolah agar masyarakat Indonesia dapat menjadi manusia Pancasila sesungguhnya yang religius, berkemanusiaan, adil, dan berguna bagi dirinya, orang lain, bangsa dan negara.

Pada topik ini kami secara berkelompok membahas tentang kegiatan di sekolah yang berkaitan dengan nilai nilai Pancasila. Melalui kegiatan kegiatan di sekolah, kami menganalisis nilai apa saja yang terkandung pada kegiatan tersebut. Misalnya saat kegiatan berdoa sebelum belajar, di sana kami menjelaskan bahwa ada keterkaitan dengan sila Pancasila yaitu sila pertama. Seluruh kegiatan di sekolah kami dokumentasikan dan kami kaitkan dengan nilai nilai Pancasila.

Selain itu pengalaman pada topik ini juga membahas tentang bagaimana mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21. Penerapan profil pelajar Pancasila disekolah dilakukan melalui kegiatan kegiatan di sekolah seperti Profil pelajar Pancasila 1)Beriman, diwujudkan dengan menumbuhkan perilaku dan membiasakan hidup beriman. Contoh : Berdoa, membaca kitab suci, melaksanakan ibadat. 2)Berkebhinekaan global, diwujudkan dengan menguatkan cinta budaya. Contoh : Pengenalan budaya dengan mengenakan baju adat di hari tertentu dan melaksanakan ekskul karawitan. 3)Gotong-royong. Contoh : Piket kelas, kerja bakti di lingkungan sekolah. 4) Mandiri. Contoh : Mengadakan ekskul pramuka. 5) Bernalar kritis. Contoh : Kegiatan selama proses pembelajaran. 6) Kreatif. Contoh : Penugasan berupa proyek seperti membuat patung 3 dimensi menggunakan plastisisin, menggambar batik dan keindahan alam Indonesia, dll.

 

Topik 5 (Telaah Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan)

Pembelajaran pada Topik V membawa saya pada tahap tataran konkrit Praktik Baik pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik. Mahasiswa menelaah Praktik baik di beberapa sekolah yang mengimplementasikan pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik. Pada tahap ini, saya juga melihat bagaimana proses pembelajaran pada ekosistem sekolah mitra mahasiswa. Analisa kritis mahasiswa dituangkan dalam sebuah proyek perubahan (change project) yang dilakukan secara individu. Projek perubahan dilaksanakan secara case based atau project based untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid dan memerdekakan peserta didik di sekolah mitra mahasiswa.

Pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang memberikan kebebasan pada peserta didik, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi potensi potensi yang ada pada dirinya. Pada pendidikan yang memerdekakan pastikan invidu tidak mengalami tekanan dan harus dilandasi dengan prinsip among. Pendidikan yang memerdekakan  menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianiah. Konsep pendidikan yang memerdekakan dari Ki Hajar Dewantara mengandung pengertian bahwa keterpaksaan tidak bisa tidak harus lepas dari pendidikan baik secara konseptual maupun dalam praktek. “Bagaimana mungkin kita bisa menanamkan kemerdekaan melalui paksaan”, begitu pertanyaan yang dikemukakan para pendidik yang bertumpu pada kemerdekaan.

Pada topik ini juga memberikan pengalaman tentang kontektualisasi pendidikan yang memerdekakan. Proses belajar dengan membuat quotes, dan membuat ulasan tentang pendidikan yang berpihak pada peserta didik. Berpihak pada peserta didik adalah memfasilitasi kebutuhan peserta didik dimana peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda beda. Guru berpihak pada peserta didik agar peserta didik mendapatkan kebebasan menentukan pembelajaran namun tetap sejalan dengan tujuan pembelajaran dan capaian pembelajaran. Memerdekakan peserta didik merupakan pendidikan yang memberikan kebebasan berpendapat bagi peserta didik dan guru tidak boleh menghakimi, guru sebagai penuntun jalannya pembelajaran.

Pada topik ini saya diajarkan untuk belajar berkelompok dan berdiskusi menentukan sebuah projek perubahan tentang pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik dalam pendidikan abad ke 21 dengan sekolah mitra. Projek yang dibuat dalam kelompok berupa projek Gerakan diet sampah plastic untuk mengurangi sampah di lingkungan sekolah.

 

Refleksi pengalaman belajar yang dipilih

Pengalaman yang saya pilih adalah pengalaman belajar pada topik 4. Pada topik 4 merupakan pengalaman yang cukup menarik dan berarga. Menurut saya topik tersebut penting untuk dipelajari terlebih sebagai calon guru yang harus benar benar mamahami Pancasila dan bagaimana Pancasila sebagai fondasi pendidikan di Indonesia. Salah satu mata kuliah yang berkaitan adalah PPL dimana dalam kegiatan PPL kita dapat melihat berbagai kegiatan peserta didik di sekolah kemudian dengan memahami fondasi Pancasila maka dapat menghubungkan kegiatan kegiatan dengan fondasi Pancasila.

Pendidikan yang bermutu merupakan proses pembelajaran yang berjalan dengan baik dan memperoleh peserta didik yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Melalui mata kuliah ini dan topik ini maka kita dapat menerapkan nilai nilai Pancasila selama masa PPL di sekolah.

Selain dengan nilai-nilai Pancasila, perlu untuk memahmi nilai-nilai profil pelajar Pancasila dan guru harus memiliki kemampuan utama sebagai teladan yang dapat di contoh oleh peserta didik. Kegiatan PPL membantu kami dalam menerapkan profil pelajar Pancasila melalui kegiatan kegiatan di sekolah seperti kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, menyanyikan lagu kebangsaan nasional, memberikan nasehat, menanamkan kebiasaan positif.

Analisis artefak pembelajaran


Identitas orang Indonesia berakar dan berkembang dalam pengalaman berada di dalam dunia dan berada bersama orang lain yang memiliki latar belakang budaya, agama dan suku yang berbeda. Di satu sisi, keragaman budaya, suku, ras, religiusitas dan agama merupakan kekayaan yang membentuk identitas Indonesia. Di sisi lain, perbedaan suku, ras, agama dan budaya berpotensi menimbulkan konflik sosial. Sudah sering konflik sosial pecah dipicu oleh sentiment perbedaan. Karenanya, seluruh elemen hidup berbangsa memiliki peran dan tanggungjawab untuk menjaga kesatuan dalam perbedaan atau kebhinekatunggalikaan (unity in diversity) sebagai identitas kultural dan politik bangsa. Pancasila disebut sebagai filsafat hidup berbangsa karena selain menjadi dasar Negara, Pancasila juga memuat visi hidup berbangsa. Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang meliputi keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, visi kemanusiaan yang adil dan beradab, cita-cita kesatuan hidup berbangsa, penegakan hak dan kewajiban setiap warga Negara untuk berpartisi aktif dalam hidup berbangsa, dan perjuangan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pembelajaran bermakna (good practices)

Garis besar yang saya peroleh dari aktivitas refleksi diri adalah pemahaman lebih dalam tentang pancasila dan bagaimana pancasila dapat menjadi identitas dan entitas Bangsa Indonesia. Melalui pembelajaran ini saya lebih memahami bagaimana mewujudkan nilai nilai Pancasila terutama dengan menerapkan pada praktik pembelajaran. Pengimplementasiannya melalui kegiatan PPL yaitu kegiatan yang berkaitan dengan materi kuliah ini. Dalam menjadi seorang pendidik harus dalam menyelipkan bahkan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam setiap proses pembelajaran. Kegiatan peserta didik dari mulai hingga akhir, tidak jauh dari nilai nilai Paancasila.

Mulai dari Ketuhanan Yang Maha Esa, Semua warga Indonesia yang berasal dari berbagai suku bangsa, ras, dan budaya memiliki keyakinan kepada yang Maha Esa. Saling menghargai pemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda merupakan bagian dari kesadaran dan praktik hidup bersama. Ini dapat diterapkan pada peserta didik untuk dapat menghargai sesame teman yang berbeda agama. Perwujudan nilai sila pertama yaitu dengan membiasakan peserta didik untuk berdoa dalam setiap kegiatan dan menghargai sesame teman yang berbeda keyakinan. Kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, Sila kedua menekankan prinsip etis pentingnya menghargai sesama warga masyarakat tanpa diskriminasi karena perbedaan latar belakang budaya, etnis, suku dan kepercayaan. Adanya keberagaman suku dan asal daerah pada peserta didik seharusnya tidak membuat pendidik untuk membeda bedakan. Semua peserta didik diberlakukan adil dan sama dan berhak memperoleh pengajaran. Dalam praktik mengajar, saya mendapati beragam suku dan etnis di dalam kelas, saya memberikan pengajaran yang sama kepada seluruh peserta didik dengan tanpa membedakan. Setiap pembelajaran, sudah menjadi kewajiban untuk saya memberikan contoh bagaimana menghargai dan mengingatkan untuk tolong menolong sesame teman.

Ketiga persatuan Indonesia, setiap warga Indonesia menyadari bahwa kesatuan dalam keragaman dan perbedaan merupakan identitas bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Wujud persatuan yang dapat diterapkan adalah dengan saya mengajak peserta didik melakukan diskusi dan bekerja sama atau kerja kelompok. Selain itu guru harus dapat memberikan motivasi dan arahan supaya peserta didik terus dapat menerapkan gotong royong.  Keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Bermusyawarah dalam menentukan tujuan adalah salah satu perwujudan penerapan nilai nilai Pancasila. Seperti bermusyawarah dalam menentukan kesepakatan kelas dan ketua kelas. Dalam praktik pembelajaran, musyawarah dapat saya terapkan saat menentukan kegiatan yang akan dilakukaan. Bertanya dan menentukan bersama dengan peserta didik seperti dalam pembuatan kelompok adalah contoh perwujudan dalam musyawarah. Kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Hidup bersama dalam keragaman dijamin dengan penegakan keadilan. Sikap adil didukung dengan kesetiakawanan dan kemurahan hati untuk hidup saling membantu atau gotong royong. Nilai Pancasila sila kelima dapat dilakukan melalui pendidik yang dapat berperilaku adil di kelas. Saya menerapkan untuk berlaku adil dan memperlakukan seluruh peserta didik dengan sama. Peserta didik dicontohkan agar dapat berlaku adil dengan teman temannya tanpa membeda bedakan. Seperti dalam berbagi dan bermain.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Bahasa Inggris

Jurnal Refleksi PSE

Jurnal Refleksi PK 2