Jurnal Refleksi Filosofi Pendidikan
JURNAL
REFLEKSI
SEMINAR
PPG
Oleh
: Nafisah Falcata Devy
221135332
Nama Matakuliah |
Filosofi Pendidikan |
Review pengalaman belajar. |
Dalam mata kuliah filosofi pendidikan mahasiswa diajak
untuk dapat menumbuhkan imperative edukatif-moral di dalam diri sendiri,
komunitas para guru dan para peserta didik. Dalam mata kuliah ini mengajarkan
bahwa hidup dan bertumbuh di bumi Indonesia adalah berkat dan karunia yang
mewarisi kekayaan berlimpah budaya dan nilai-nilai religious-kemanusiaan yang
ditanamkan dalam sanubari melalui pendidikan di dalam keluarga, masyarakat
adat dan budaya setempat. Dari filosofi pendidikan kita harus dapat menumbuhkan
keyakinan bahwa menjadi guru adalah panggilan, tugas dan pilihan hidup yang
bernilai. Belajar dari tokoh pendidikan nasional memiliki makna ganda, yakni
menyerap pengetahuan dan ide-ide tentang pendidikan dan mengorbankan semangat
kerelaan dan kemurahan hati untuk mendampingi proses tumbuh kembang secara
integral para generasi penerus bangsa. Mata kuliah ini juga mengajarkan bahwa
menjadi guru adalah pewaris semangat dan jiwa gotong royong untuk saling
belajar, berkarya dan berjuang demi kemajuan bangsa lewat dunia pendidikan. Mata kuliah ini menguatkan visi diri mahasiswa tentang
“Pendidikan ini menuntun segala kodrat yang ada pada anak anak agar mereka
dapat mencapai keselamatan dean kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai
manusia dan anggota masyarakat. Kita perlu memahami tentang manusia Indonesia
melalui pemahaman dan pemaknaan yang mendalam tentang Pancasila sebagai
identitas dan entitas manusia Indonesia. Dalam mempelajari mata kuliah ini, materi dibagi menjadi
beberapa topik Topik 1 (Perjalanan Pendidikan Nasional) Pada topik 1 saya memulai dengan menjawab pertanyaan
reflektif pengalaman saat sekolah dengan pengalaman sebagai berikut. Saya
adalah seolah calon guru yang sedang berjuang menjadi guru profesioal dengan
mengikuti program pendidikan guru di universitas sanata dharma. Saya pernah
bersekolah di PGSD menimba ilmu pendidikan kemudian saya memperkuat dengan
mengikuti PPG. Saya memilih menjadi guru karena saya senang ketika saya
bisa terjun turut membantu menyalurkan ilmu yang saya miliki dan memberikan
manfaat kepada orang lain. Seorang guru adalah pekerjaan yang mulia kita
dapat memberikan ilmu yang kelak terus menerus akan berguna bagi peserta
didik. Selain itu seperti pesan ki hajar dewantara kita harus mampu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak agar menjadi manusia ataupun
anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi
tingginya. Bukankah sangat mulia jika kita sebagai guru mampi andil di
dalamnya dalam menuntun anak anak. Maka itulah yang semakin menjadikn saya
termotivasi menjadi seorang guru. Menjadi guru yang berpihak pada peserta didik yaitu dengan
menarik perhatian para peserta didik. Selain itu juga harus mampu membuat
peserta didik nyaman dan paham dengan yang disampaikan oleh guru. Menjadi
guru yang berpihak pada peserta didik harus mampu memberikan motivasi kepada
peserta didik. Memberikan peluang dan kesempatan untuk peserta didik dapat
aktif dan nyaman dalam mengungkapkan pendapat. Selanjutnya kita mempelajari bagaimana pendidikan di jaman
colonial. Pada materi ini kita belajar mengenai pada zaman Belanda sama
sekali tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan melainkan mementingkan
pendidikan materialis, intelektualis dan kolonial. Pada jaman dulu sudah ada
perguruan perguruan leluhur dengan peraturan peraturan yang berdiferensiasi.
terbukti para wanita diperbolehkan mengikuti pelajaran di parawiyatan
parawiyatan luhur. Pada Zaman OIC Bangsa Belanda menganggap tanah air kita
semata mata sebagai objek perdagangan. Pendidikan dan pengajaran hanya
diserahkan kepada pendeta kristen. Rakyat hanya diberi pengajaran menulis,
membaca dan berhitung seperlunya saja dimana ini bertujuan hanya untuk
membantu usaha Belanda. Kemudian pada zaman pemerintahan Netherland HB
menegaskan bahwa anak anak eropa harus mendapatkan pengajaran. Beberapa
bupati mendirikan sekolah kabupaten untuk mendidik calon pegawai. Kemudian
lahir, Reglement Voor Het Inlands Onderwijs, lalu didirikan sekolah guru di
Sala, Kemudian didirikan Sekolah Bumiputera. Maksud dan tujuan pendiidkan
masih sama yaitu untuk membantu usaha-usaha Belanda. Kemudian yang terkahir yaitu mempelajari bangkitnya jiwa
merdeka rakyat Indonesia dimulai dari Tahun 1922 tercipta Tamansiswa dan
sekolah sekolah yang berdasarkan "keagamaan". Sebenarnya aliran
Tamansiswa itu sebenarnya sudah terkandung dalam jiwa rakyat di seluruh tanah
air kita, adalah terbukti dengan berdirinya perguruanperguruan Tamansiswa di
seluruh kepulauan Indonesia. Dan sekolah sekolah keagamaan yang berdiri
berani berdiri sebagai sekolah partikelir yang tidak mendapatkan subsidi dari
pemerintah Hindia Belanda, di samping dasar-dasar keagamaannya masing-masing,
memasukan juga dasar dan semangat revolusioner. Topik 2 (Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara) Pada topik 2 ini yang mempelajari pendidikan dan
pengajaran menurut KI Hajar Dewantara. Pengjaran merupakan proses pendidikan
dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan
batin. Sedangkan pendidikan memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimilik anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Jadi dalam hal ini kita mengetahui bahwa pendidikan dan
pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaaan untuk segala kepentingan
hidup manusia, baik dalam hidup berbudaya dalam arti yang seluas luasnya.
Tujuan pendidikan yaitu : menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya
(bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Pada topik ini juga dijelaskan bahwa dasar pendidikan anak
berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan
“sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman
berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Dalam proses pembelajarannya, kami dibagi
dalam beberapa kelompok kemudian berdiskusi dan melakukan presentasi kelompok
dengan materi yang berkaitan dengan pendidikan dan budaya di daerah setempat.
Topik 3 (Identitas Manusia Indonesia) Paada topik ini pengalaman yang saya dapatkan yaitu dalam
mempelajari identitas bangsa Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia, keragaman
merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia.
Pertama, keragaman Indonesia merupakan anugerah alamiah (tanpa dirancang)
yang sudah ada sejak sebelum terbentuknya negara Indonesia. Dalam arti ini keragaman
merupakan kekayaan masyarakat Indonesia. Kedua, masyarakat Indonesia beragam
dalam hal pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, bahasa, kepercayaan,
tradisi, dan berbagai ungkapan simbolik. Semuanya itu memuat nilai-nilai yang
menjiwai dinamika hidup bersama dengan corak yang berbeda-beda. Karenanya, di
dalam nilai keragaman terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang amat kaya dan
layak untuk terus digali dan dilestarikan.
Dengan kata lain, keragaman merupakan nilai kemanusiaan Indonesia yang
menjadi identitas bangsa dan budaya Indonesia. Untuk mempertegas identitas manusia Indonesia, maka
diperlukan fondasi filosofis. Fondasi filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita
luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa, dan nilai-nilai hidup berbangsa.
Selain itu saya juga mempelajari bahwa manusia sebagai manusia religious.
Religiusitas merupakan salah satu aspek insani berupa getar hati dan kualitas
manusia yang mendorong bertumbuhnya sikap atau kecenderungan hidup yang
bernilai. Religiusitas merupakan hal yang mendasar atau esensial dalam hidup
manusia. Dalam pengertian lain, religiusitas merupakan daya-daya insani yang
bersifat batiniah yang ada di dalam kedalaman hati. Religiositas merupakan
“ibu dari cinta kepada kebenaran, kesukaan pada gejala yang wajar, sederhana,
jujur dan sejati”. Religiositas merupakan inti dan daya agama. Pada topik ini secara berkelompok kami diminta melakukan
diskusi untuk menjawab beberapa pertanyaan pada ruang kolaborasi tentang
identitas manusia Indonesia dan bagaimana identitas manusia Indonesia menjadi
sebuah landasan kuat implementasi pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini kami
menjelaskan bahwa Pendidikan berperan penting untuk membangun paradigma
berpikir, bersikap, dan beperilaku sebagai bangsa Indonesia sesuai dengan identitas
negaranya. Pendidikan tidak cukup hanya membantu untuk memahami keragaman.
Pendidikan adalah proses untuk melestarikan keragaman, menemukan nilai-nilai
yang menyatukan keragaman, dan melawan segala bentuk yang merongrong
kesatuan. Karenanya, pendidikan mesti menjadi pedoman hidup bersama yang
saling peduli, mengasihi, menghargai dan bukan saling mengalahkan. Pada koneksi antar materi kami berdiskusi secara kelompok
tentang pendidikan pada daerah khusus. Dengan menghubungkan pada topik 1 dan
2 kami membuat ulasan tentang pendidikan di daerah khusus dan menjelaskan
kaitannya dengan topik 1 dan 2. Berdasarkan pengalaman, kami menjelaskan
adanya kekurangan dan permasalahan pada pendidikan di daerah khusus terutama
di daerah daerah kaki gunung. Kualitas pendidikan yang masih sangat jauh
berbeda menjadikan peserta didik juga memiliki semangat belajar yang tidak
tinggi. Hasil dari diskusi ini kemudian kami ulas pada power point dan
dipresentasikan. Topik 4 (Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia) Pancasila
menjadi entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam kebhinekaan dalam setiap
latar belakang kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan agama. Profil Pelajar
Pancasila yaitu Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Mulia; Berkebinekaan Global; Gotong Royong; Kreatif; Bernalar Kritis dan
Mandiri menjadi profil lulusan pelajar dalam pendidikan Indonesia. Pada topik
ini, saya secara mendalam merefleksikan hadirnya Pancasila sebagai fondasi
pendidikan Indonesia. Salah satu
karakter Bangsa Indonesia adalah kebhinekaan dalam suku, ras agama dan
budaya. Keragaman inilah yang membentuk identitas Bangsa Indonesia. Pada topik ini dilakukan kegiatan diskusi kelompok tentang
kontekstualisasi Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia merupakan pengingat
bangsa akan keberagaman yang ada di Indonesia sekaligus sebagai pedoman
Bangsa Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai salah satu pilar kebangsaan menjadi entitas dan identitas bangsa
Indoenesia. Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki etnis dan budaya
beragam, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sangat sesuai untuk
meggambarkan banyaknya keberagaman tersebut yang disatukan dalam kebhinekaan.
Memaknai nilai-nilai pancasila, meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kemasyarakatan dan sebuah keadilan adalah sesuatu yang perlu
diterapkan sejak dalam keluarga dan berlanjut pada lingkungan sekolah agar
masyarakat Indonesia dapat menjadi manusia Pancasila sesungguhnya yang
religius, berkemanusiaan, adil, dan berguna bagi dirinya, orang lain, bangsa
dan negara. Pada topik ini kami secara berkelompok membahas tentang
kegiatan di sekolah yang berkaitan dengan nilai nilai Pancasila. Melalui
kegiatan kegiatan di sekolah, kami menganalisis nilai apa saja yang
terkandung pada kegiatan tersebut. Misalnya saat kegiatan berdoa sebelum
belajar, di sana kami menjelaskan bahwa ada keterkaitan dengan sila Pancasila
yaitu sila pertama. Seluruh kegiatan di sekolah kami dokumentasikan dan kami
kaitkan dengan nilai nilai Pancasila. Selain itu pengalaman pada topik ini juga membahas tentang
bagaimana mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak
pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21. Penerapan profil pelajar
Pancasila disekolah dilakukan melalui kegiatan kegiatan di sekolah seperti
Profil pelajar Pancasila 1)Beriman, diwujudkan dengan menumbuhkan perilaku
dan membiasakan hidup beriman. Contoh : Berdoa, membaca kitab suci,
melaksanakan ibadat. 2)Berkebhinekaan global, diwujudkan dengan menguatkan
cinta budaya. Contoh : Pengenalan budaya dengan mengenakan baju adat di hari
tertentu dan melaksanakan ekskul karawitan. 3)Gotong-royong. Contoh : Piket
kelas, kerja bakti di lingkungan sekolah. 4) Mandiri. Contoh : Mengadakan
ekskul pramuka. 5) Bernalar kritis. Contoh : Kegiatan selama proses
pembelajaran. 6) Kreatif. Contoh : Penugasan berupa proyek seperti membuat
patung 3 dimensi menggunakan plastisisin, menggambar batik dan keindahan alam
Indonesia, dll. Topik 5 (Telaah Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan)
Pembelajaran pada Topik V membawa saya pada tahap tataran
konkrit Praktik Baik pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik.
Mahasiswa menelaah Praktik baik di beberapa sekolah yang mengimplementasikan
pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik.
Pada tahap ini, saya juga melihat bagaimana proses pembelajaran pada
ekosistem sekolah mitra mahasiswa. Analisa kritis mahasiswa dituangkan dalam
sebuah proyek perubahan (change project) yang dilakukan secara individu.
Projek perubahan dilaksanakan secara case based atau project based untuk
mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid dan memerdekakan peserta didik
di sekolah mitra mahasiswa. Pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang
memberikan kebebasan pada peserta didik, peserta didik diberikan kesempatan
untuk mengeksplorasi potensi potensi yang ada pada dirinya. Pada pendidikan
yang memerdekakan pastikan invidu tidak mengalami tekanan dan harus dilandasi
dengan prinsip among. Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan
yang meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri,
bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianiah.
Konsep pendidikan yang memerdekakan dari Ki Hajar Dewantara mengandung
pengertian bahwa keterpaksaan tidak bisa tidak harus lepas dari pendidikan
baik secara konseptual maupun dalam praktek. “Bagaimana mungkin kita bisa
menanamkan kemerdekaan melalui paksaan”, begitu pertanyaan yang dikemukakan
para pendidik yang bertumpu pada kemerdekaan. Pada topik ini juga memberikan pengalaman tentang
kontektualisasi pendidikan yang memerdekakan. Proses belajar dengan membuat
quotes, dan membuat ulasan tentang pendidikan yang berpihak pada peserta
didik. Berpihak pada peserta didik adalah memfasilitasi kebutuhan peserta
didik dimana peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda beda. Guru
berpihak pada peserta didik agar peserta didik mendapatkan kebebasan
menentukan pembelajaran namun tetap sejalan dengan tujuan pembelajaran dan
capaian pembelajaran. Memerdekakan peserta didik merupakan pendidikan yang
memberikan kebebasan berpendapat bagi peserta didik dan guru tidak boleh
menghakimi, guru sebagai penuntun jalannya pembelajaran. Pada topik ini saya diajarkan untuk belajar berkelompok
dan berdiskusi menentukan sebuah projek perubahan tentang pendidikan yang
berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik dalam pendidikan
abad ke 21 dengan sekolah mitra. Projek yang dibuat dalam kelompok berupa
projek Gerakan diet sampah plastic untuk mengurangi sampah di lingkungan
sekolah. |
Refleksi pengalaman belajar yang dipilih |
Pengalaman yang saya pilih adalah pengalaman belajar pada
topik 4. Pada topik 4 merupakan pengalaman yang cukup menarik dan berarga.
Menurut saya topik tersebut penting untuk dipelajari terlebih sebagai calon
guru yang harus benar benar mamahami Pancasila dan bagaimana Pancasila sebagai
fondasi pendidikan di Indonesia. Salah satu mata kuliah yang berkaitan adalah
PPL dimana dalam kegiatan PPL kita dapat melihat berbagai kegiatan peserta
didik di sekolah kemudian dengan memahami fondasi Pancasila maka dapat
menghubungkan kegiatan kegiatan dengan fondasi Pancasila. Pendidikan yang bermutu merupakan proses pembelajaran yang
berjalan dengan baik dan memperoleh peserta didik yang mencerminkan
nilai-nilai Pancasila. Melalui mata kuliah ini dan topik ini maka kita dapat
menerapkan nilai nilai Pancasila selama masa PPL di sekolah. Selain dengan nilai-nilai Pancasila, perlu untuk memahmi
nilai-nilai profil pelajar Pancasila dan guru harus memiliki kemampuan utama
sebagai teladan yang dapat di contoh oleh peserta didik. Kegiatan PPL
membantu kami dalam menerapkan profil pelajar Pancasila melalui kegiatan
kegiatan di sekolah seperti kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar,
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, menyanyikan lagu kebangsaan
nasional, memberikan nasehat, menanamkan kebiasaan positif. |
Analisis artefak pembelajaran |
Identitas orang Indonesia berakar dan berkembang dalam
pengalaman berada di dalam dunia dan berada bersama orang lain yang memiliki
latar belakang budaya, agama dan suku yang berbeda. Di satu sisi, keragaman
budaya, suku, ras, religiusitas dan agama merupakan kekayaan yang membentuk
identitas Indonesia. Di sisi lain, perbedaan suku, ras, agama dan budaya
berpotensi menimbulkan konflik sosial. Sudah sering konflik sosial pecah
dipicu oleh sentiment perbedaan. Karenanya, seluruh elemen hidup berbangsa
memiliki peran dan tanggungjawab untuk menjaga kesatuan dalam perbedaan atau
kebhinekatunggalikaan (unity in diversity) sebagai identitas kultural dan
politik bangsa. Pancasila disebut sebagai filsafat hidup berbangsa karena
selain menjadi dasar Negara, Pancasila juga memuat visi hidup berbangsa.
Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang meliputi keyakinan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, visi kemanusiaan yang adil dan beradab, cita-cita kesatuan hidup
berbangsa, penegakan hak dan kewajiban setiap warga Negara untuk berpartisi
aktif dalam hidup berbangsa, dan perjuangan untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. |
Pembelajaran bermakna (good practices) |
Garis besar yang saya peroleh dari aktivitas refleksi diri
adalah pemahaman lebih dalam tentang pancasila dan bagaimana pancasila dapat
menjadi identitas dan entitas Bangsa Indonesia. Melalui pembelajaran ini saya
lebih memahami bagaimana mewujudkan nilai nilai Pancasila terutama dengan menerapkan
pada praktik pembelajaran. Pengimplementasiannya melalui kegiatan PPL yaitu
kegiatan yang berkaitan dengan materi kuliah ini. Dalam menjadi seorang
pendidik harus dalam menyelipkan bahkan menerapkan nilai nilai Pancasila
dalam setiap proses pembelajaran. Kegiatan peserta didik dari mulai hingga
akhir, tidak jauh dari nilai nilai Paancasila. Mulai dari Ketuhanan Yang Maha Esa, Semua warga
Indonesia yang berasal dari berbagai suku bangsa, ras, dan budaya memiliki
keyakinan kepada yang Maha Esa. Saling menghargai pemeluk agama dan
kepercayaan yang berbeda merupakan bagian dari kesadaran dan praktik hidup
bersama. Ini dapat diterapkan pada peserta didik untuk dapat menghargai
sesame teman yang berbeda agama. Perwujudan nilai sila pertama yaitu dengan
membiasakan peserta didik untuk berdoa dalam setiap kegiatan dan menghargai
sesame teman yang berbeda keyakinan. Kedua kemanusiaan yang adil dan
beradab, Sila kedua menekankan prinsip etis pentingnya menghargai sesama
warga masyarakat tanpa diskriminasi karena perbedaan latar belakang budaya,
etnis, suku dan kepercayaan. Adanya keberagaman suku dan asal daerah pada
peserta didik seharusnya tidak membuat pendidik untuk membeda bedakan. Semua
peserta didik diberlakukan adil dan sama dan berhak memperoleh pengajaran. Dalam
praktik mengajar, saya mendapati beragam suku dan etnis di dalam kelas, saya
memberikan pengajaran yang sama kepada seluruh peserta didik dengan tanpa
membedakan. Setiap pembelajaran, sudah menjadi kewajiban untuk saya
memberikan contoh bagaimana menghargai dan mengingatkan untuk tolong menolong
sesame teman. Ketiga persatuan Indonesia, setiap warga Indonesia
menyadari bahwa kesatuan dalam keragaman dan perbedaan merupakan identitas
bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Wujud persatuan yang dapat
diterapkan adalah dengan saya mengajak peserta didik melakukan diskusi dan
bekerja sama atau kerja kelompok. Selain itu guru harus dapat memberikan
motivasi dan arahan supaya peserta didik terus dapat menerapkan gotong
royong. Keempat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Bermusyawarah
dalam menentukan tujuan adalah salah satu perwujudan penerapan nilai nilai
Pancasila. Seperti bermusyawarah dalam menentukan kesepakatan kelas dan ketua
kelas. Dalam praktik pembelajaran, musyawarah dapat saya terapkan saat
menentukan kegiatan yang akan dilakukaan. Bertanya dan menentukan bersama
dengan peserta didik seperti dalam pembuatan kelompok adalah contoh
perwujudan dalam musyawarah. Kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, Hidup bersama dalam keragaman dijamin dengan penegakan
keadilan. Sikap adil didukung dengan kesetiakawanan dan kemurahan hati untuk
hidup saling membantu atau gotong royong. Nilai Pancasila sila kelima dapat
dilakukan melalui pendidik yang dapat berperilaku adil di kelas. Saya
menerapkan untuk berlaku adil dan memperlakukan seluruh peserta didik dengan
sama. Peserta didik dicontohkan agar dapat berlaku adil dengan teman temannya
tanpa membeda bedakan. Seperti dalam berbagi dan bermain. |
Komentar
Posting Komentar