Jurnal Refleksi Computational Thinking
JURNAL REFLEKSI
SEMINAR PPG
Oleh : Nafisah Falcata Devy
221135332
Nama Matakuliah |
Computational Thinking |
Review pengalaman belajar. |
Pembelajaran Computational Thinking dilaksanakan berbeda
dengan mata kuliah lain yang mana pada pengalaman belajar yang dilakukan
adalah melalui platform Google Classroom. Topik 1. Pendalaman Pemahaman CT Pada pertemuan ini, materi yang dipelajari adalah
pengertian Persoalan dapat berbeda beda kompleksitasnya. Ada
persoalan yang sederhana dan mudah diselesaikan, ada juga persoalan yang
kompleks. Persoalan yang kompleks bisa terdiri dari beberapa sub persoalan.
Penyelesainnya pun memerlukan beberapa strategi. Penyelesaian solusi yang
diharapkan dalam CT yaitu efektif, efisien dan optimal. CT tidak harus
menggunakankomputer. CT tidak terbatas pada proses untuk menghasilkan cara
penyelesaikan yang dilakukan oleh computer tapi juga dapat diterapkan untuk
menyelesaikan persaolan dalam kehidupan sehari hari. CT berfokus pada cara
berpikir, baik dengan bantuan computer maupun tanpa bantuan computer. Kita
akan belajar bagaimana menyelesaikan berbagai persoalan dengan cara yang
efektif, efisien dan optimal. Pengalaman belajar selanjutnya yaitu mengetahui apa saja
yang termasuk CT dan apa saja yang bukan CT. CT berkaitan dengan
konseptualisasi solusi, bukan pemrograman. CT adalahcara berpikir seperti
cara berpikir computer scientist, bukan untuk membuat manusia berpikir
seperti computer karena cara berpikir manusia jauh lebih kompleks dari
computer yang diciptakan dan deprogram oleh manusia. CT dapat dimanfaatkan
oleh semua orang dan untuk berbagai persoalan, bukan hanya orang-orang yang
pekerjaannya berkaitan erat dengan computer, atau persoalan-persoalan di
bidang computer saja. CT berkaitan dengan ide, tidak terbatas pada
artefak/perangkat lunak. CT adalah keterampilan dasar, bukan hafalan. Maateri CT ini penting karena merupakan perkembangan dunia
AI, big data dan lain lain, bentuk pembelajaran yang sifatnya hanya ceramah,
dimana peserta didik hanya sekedar menjadi pendengar sudah tidak relevan. Karena
CT adalah proses berpikir, maka CT akan sangat cocok untuk diintegrasikan ke
dua bentuk pembelajaran ini. Dengan CT, siswa akan terbiasa berpikir
sistematis dan menemukan solusi yang efektif, efisien, dan optimal saat
menghadapi persoalan sederhana maupun kompleks. Terdapat 4 fondasi CT yaitu Dekomposisi (pembagian
persoalan ke dapaman beberapa sub-persoalan yang lebih kecil), Pengenalan
Pola (Pengamatan atau analisis terhadap berbagai kesamaan yang ada di antara
persoalan-persoalan. Jika seseorang telah berkali-kali menyelesaikan
persoalan, diharapkan dapat menemukan pola dari persoalan-persoalan sejenis
dan juga solusi-solusi yang dirancang/diimplementasikan), Abstraksi (proses
eliminasi bagian-bagian yang tidak relevan dari suatu perosalan, dapat dibuat
suatu blueprint penyelesaian persoalan yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan sejenis), Algoritma (langkah-langkah
terutut untuk menyelesiakan suatu persoalan dan disusun dengan jelas, runtut,
lengkap, efisien dan tidak menyalahi Batasan-batasan dalam persoalan
tersebut). Topik 2. CT dalam Kurikulum Indonesia Pada pertemuan selanjutnya pengalaman belajar yang
diperoleh yaitu tentang penerapan CT dan bagaimana cara mengatasi masalah
menggunakan CT. Saat ini computer cukup banyak digunakan untuk membantu
manusia dalam melakukan berbagai hal. Misalnya belanja online atau mencari
jalur untuk menuju suatu tempat. Proses kerja computer inilah disebut CT. CT
diperlukan untuk menjawab kompleksitas big data, AI dan system thinking. CT
diajarkan di semua pendidikan. CT menjadi bagian dari pendidikan dalam
kurikulum merdeka. Pada kurikulum merdeka saat ini, pada jenjang SD telah
mengintegrasikan CT dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, matemarika dan
IPAS. CT sangat penting karena harapan diintegrasikannya CT ke
dalam mata pelajaran ini membuat peserta didik terbiasa mengadapi
permasalahan dan menyelesaikan persoalan dengan menggunakan CT.
Mengimplementasikan CT ke dalam mata pelajaran bukanlah berarti menjawabarkan
fondasi CT pada mata pelajaran tersebut, namun menularkan cara berpikir CT
melalui cara guru memecahkan persoalan. Oleh karenanya, pendidik harus mampu
menularkan cara berpikir CT dan mengimplementasikan CT ke dalam mata
pelajaran yang diajarkan. Capaian pembelajaran CT untuk fase A sampai F. Topik ini
mengajak mahasiswa untuk memeplajari proses belajar pada setiap fasenya
terutama fase sekolah dasar karena sebagai calon guru sekolah dasar.
Mahasiswa mengetahui kaitan CT dengan CP mata pelajaran seperti Bahasa
Indonesia, informatika. Topik 3. CT dalam Problem Solving Pada topik ini, materi yang dipelajari adalah bagaimana
belajar menerapkan CT untuk melakukan problem solving. Pengalaman belajar
yang dilakukan yaitu mempelajari soal bebras, dimana soal tantangan bebras
ini merupakan salah satu contoh untuk menguji kemampuan CT. Mahasiswa belajar untuk mengerjakan soal bebras dan
membuat soal bebras bagi sekolah dasar. Untuk mengetahui kemampuan CT terutama pada
peserta didik, seorang guru dapat melatih peserta didik dengan memberikan
soal bebras yang sesuai dengan tingkatannya. Bebras adalah sebuah inisiatif
internasional yang tujuannya adalah mempromosiakan computational thinking di
kalangan guru dan murid, mulai tingkat SD serta untuk masayarakat luas. Soal
bebras yang diberikan dapat berhubungan dengan kegiatan sehari hari. Topik 4. UTS
Pada topik ini, pengalaman belajar yang dipelajari yaitu
tentang sebuah proyek STEM. Mahasiwa mempelajari dan membedah sebuah
pembelajaran yang menggunakan STEM, kemudian dirancang Kembali dengan
menggunakan pendekatan CT. Melalui kegiatan eksplorasi, mahasiswa diberikan tugas
untuk mencari sebuah pembelajaran yang menggunakan proyek STEM, selanjutnya
mahasiswa mengidentifikasi royek tersebut dan memasukkan pendekatan CT di
dalamnya sehingga terbentuk rancangan baru pembelajaran yang menggunakan
proyek STEM dengan pendekatan CT. Topik 6. Integrasi CT dalam Mata Pelajaran Pada topik ini pengalaman belajar yang dipelajari yaitu
membuat sebuah kelompok kecil kemudian menyusun materi ajar dengan
mengintegrasikan CT di dalamnya. Mahasiswa bersama kelomopok menyusun
kegiatan mengajar kemudian mengeskplorasi konsep CT pada materi ajar lalu
memodifikasi atau merancang materi ajar dengan mengintegrasikan CT di
dalamnya. Pengalaman belajar yang didapatkan yaitu dapat mengimplementasikan
CT yang telah diterapkan pada topik CT dalam problem solving dan CT dalam
proyek. |
Refleksi pengalaman belajar yang dipilih |
Refleksi pengalaman belajar yang dipilih yaitu Topik 6.
Integrasi CT dalam Mata Pelajaran. Topik ini penting untuk dipelajari
karena menurut saya setelah mempelajari apa pengertian CT, kemudian bagaimana
penerapan CT pada kehidupan sehari hari melalui fondasi CT, melalui topik 6
inilah mahasiswa dapat menerapkan CT dalam pembelajaran. Seorang guru harus
dapat mengintegrasikan CT dalam pembelajaran dengan melakukan modifikasi pada
materi ajar dan Penerapan dilakukan dengan merancang pembelajaran dengan
menerapkan CT dalam prosesnya. Kelas 4 merupakan kelas yang terpilih untuk kami
melaksanakan pembelajaran. Materi yang dipilih yaitu materi tentang Tema 8.
Daerah Tempat Tinggalku. Subtema 3. Bangga terhadap Daerah Tempat Tinggalku. Materi
yang kami angkat dalam kegiatan praktek ini adalah tentang Kegiatan awal
berupa yang kami lakukan adalah gaya dan gerak benda. Guru melakukan kegiatan
pembukaan, kemudian pada kegiatan inti peserta didik diberikan teks yang
berisi cerita, kemudian peserta didik diberikan sebuah video untuk
diidentifikasi tentang gaya dan gerak terhadap seuatu benda. Kemudian peserta
didik mengerjakan LKPD. Diakhir kegiatan, peserta didik mengerjakan evaluasi.
Pada praktek ini, integrasi CT terdapat pada kegiatan
menganalisis cerita fiksi dan menuliskan tokoh serta sifat tokoh yang terdapat
dalam teks. Untuk keterampilan pengenalan pola terjadi pada saat peserta
didik melakukan analisis video untuk mengenali perbedaan perubahan pengaruh
gaya terhadap gerak benda. Strategi yang diimplementasikan saya rasa penting bagi
saya karena melalui praktek ini maka saya dapat belajar menerapkan CT yang
telah saya pelajari pada topik topik sebelumnya. Saya dapat belajar untuk
menerapkan CT dengan mengintegrasikan fondasi fondasi CT dalam proses praktek
mengajar yang saya laksanakan. Dari hasil praktek yang telah dilaksanakan, mahasiswa
secara berkelompok juga harus membuat laporan berupa artikel tentang hasil
dari praktek. Artikel kemudian disubmit untuk diajukan publikasi dalam sebuah
jurnal. |
Analisis artefak pembelajaran |
Proses integrasi CT dalam pembelajaran dilakukan dengan
pembuatan rancangan dan praktek. Berikut saya sertakan link yang berisikan
rencana prakek berupa tujuan dan langkahnya serta jurnal yang merupakan hasil
laporan praktek pembelajaran berbasis CT. https://drive.google.com/drive/folders/1cDPZcwyIm6QzDkcp0rAaQNP8Psnv_dNW?usp=sharing |
Pembelajaran bermakna (good practices) |
Pembelajaran bermakna dari yang dapat diambil dari
kegiatan pada mata kuliah ini yaitu bahwa seorang guru harus dapat menerapkan
pembelajaran dengan mengintegrasikan CT. Melalui praktek praktek di sekolah,
guru harus mampu melatih peserta didik berpikir menggunakan CT. Saya berlatih
untuk mengintegrasikan CT melalui penugasa, kemudian aktivitas aktivitas di
kelas. Peserta didik diajarkan untuk memecahkan masalah dengan proses CT
yaitu dengan fondasi CT. Empat fondasi CT yang pernah saya pelajari, harus
dapat diterapkan dan dilatihkan kepada peserta didik. Saya akan menggunakan pengetahuan dan pengalaman belajar
CT pada proses pembelajaran ketia saya menjadi seorang guru. Kebiasaan untuk
memberikan pengajaran berbasis CT inilah yang kemudian akan melatih cara
berfikir peserta didik terutama dalam problem solving. Perubahan yang
diharapkan terjadi kepada peserta didik yaitu adanya perubahan dalam cara
memecahkan masalah, seperti dalam soal soal. Peserta didik dapat berpikir
secara logis, ssitematis dan terstruktur. Perubahan yang terjadi lainnya
yaitu membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik. Pengalaman dalam mengajak peserta didik untuk memecahkan
masalah yaitu saat memberikan soal berupa teks bacaan cerita fiksi. Peserta
didik diminta untuk membaca cerita yang berjudul “Si Pitung”. Pada cerita
tersebut terdapat beberapa tokoh yang kemudian peserta didik harus dapat mengidentifikasi
siapa saja tokoh yang ada didalamnya, wataknya bagaimana dan menuliskan Kembali
inti cerita tersebut. Dari situlah peserta didik belajar tentang abstraksi
atau menyelesaikan masalah lebih cepat dengan meninggalkan yang tidak perlu
dan fokus pada masalah yang akan dipecahkan. Pada kegiatan ini, proses guru dalam membimbing memecahkan
masalah yaitu memberikan penjelasan bahwa dalam sebuah cerita fiksi biasanya
terdapat watak tokoh berbeda beda sehingga peserta didik dapat mengelompokkannya.
Guru juga mengontrol setiap pekerjaan peserta didik untuk memastikan apakah
telah dikelompokkan sesuai perintah dari guru. Permasalahan yang kedua adalah peserta didik dihadapkan
dengan video pendek atau gambar tentang kegiatan sehari hari (mendorong
gerobak, menutup/membuka pintu, mengerem mobil, membuka kulkas dll) yang
berhubungan dengan gaya. Peserta didik harus mampu mengidentifikasi gaya apa
yang ada pada gambar dan bagaimana pengaruh gaya terhadap gerak benda. Pada kegiatn ini, proses guru dalam membimbing memecahkan
masalah yaitu memberikan contoh terhadap kegiatan di kelas, dan memberikan
pengertian tentang pengaruh yang terjadi, misalknya memberikan contoh mendorong
meja, maka itu termasuk gaya dorong yang kemudian pengaruh yang terjadi
adalah meja berpindah maju. Melalui contoh dan konsep yang diberikan guru,
peserta didik dapat menjelaskan melalui video dan gambar yang telah disajikan
guru. Guru juga melakukan pengontrolan serta pengecekan terkait jawaban
peserta didik. |
Link |
|
Komentar
Posting Komentar